tentang sebuah pekerjaan

sudah hampir tiga bulan saya menjalani profesi sebagai video editor profesional. profesional heh? Dikit² :) ya setidaknya bekerja di salah satu perusahaan tivi nasional bisa dibilang profesional lah hehe.. Berat sekali memang mendapatkan sebutan seperti itu, saya masih harus banyak belajar melalui dvd² tutorial :) Apalagi, sekarang saya ditempatkan di linear editing atau cut-to-cut editing, di mana segala sesuatunya dilakukan secara manual dan satu hal yang sangat menarik: alat itu tidak dapat dipelajari di rumah! Dan jangan pernah berharap bisa dipelajari di rumah, unless you father is Roman Abramovich.

Minggu pertama sampai minggu kedua saya hanya memperhatikan punggawa² senior mengedit. No mouse, no undo, sooo manual! Tangan mereka begitu cepat dan lihai, jari jemari mereka seakan menari dengan gemulai. saya hanya bergumam dalam hati: "ah, ini mah gampang, gua juga bisa, tinggal entry in vtr recorder, all stop, cari gambar dari vtr player, entry in, all stop, auto edit deh.." tak sabar rasanya diri ini menanti saat² mencoba alat tersebut. Begitu kesempatan itu tiba, cuma satu kata yang dapat mewakili: pusing! It's not as easy as I thought. Dan hasilnya pun dapat dengan mudah ditebak: berantakan!

Hari demi hari berlalu. Masih tetep sama: tandem! Kerjaan saya hanya memperhatikan dan meperhatikan, lagi dan lagi, terus dan terus selama hampir duam minggu. Oia saya lupa cerita, dua minggu pertama saya sempat ditaro di non-linear editing menggunakan avid, iGossip kalo gak salah. Tapi sumpah, shiftnya gila²an! tandem aja capek (ngantuk sih sebenernya hihi), gimana ngerjain.. sabar yak Deni, Eko, Ece, dkk :) sempet drop selama tiga hari terbaring lemah di tempat tidur tanpa daya dan upaya :) itulah (mungkin) kenapa saya dipindah ke linear editing. Ok, back to topic. Saya sempat berkata ke diri sendiri: "dude, kalo gw gini² terus, kapan gw bisanya?" tersiratlah sebuah rencana licik tapi mujarab! Jreng²!!! *backsound* dulu kan news masih ada ruang yang misah sendiri tuh di 3a, disitulah panji mulai bergerilya.. tiap ada yang abis ngedit materi disitu, saya bergerilya pelan² masuk ke booth 3a, tutup pintu rapat², saya ulang lagi deh materi sisaan yang masih nganggrak *I'm sorry, what the heck is nganggrak?* :) begitulah setiap hari, persis kucing dapur yang mo nyolong ikan di meja makan hehe..

Sampai pada suatu ketika anak² baru hadir, Vera sama bowo kalo gak salah yang ikutan. Kita bener² berjuang, belajar bareng.. walau bisa sombong dikit "gw kan senior lo, gw duluan dua minggu di sindang bo!" hihihi...

Euro Cup is such a gift for me. Kenapa? Gara² itu saya mengalami proses menuju kepercayaan dari senior untuk mengedit, dan karena itu pula saya merasa 'I have found my wonderland' yes, football is my wonderland for Alice like me ;) Gara² Euro Cup senior banyak tanya kepada saya tentang pemain bola yang kebetulan saya agak sedikit hafal. I have gained trust day by day.. makasih ya Allah, Alhamdulillah... sampai pada akhirnya saya melakukan editan pertama saya.. anjrit sumpah, deg²an! Tapi bangga juga *bangga banget!!!!* ngeliat editan pertama muncul di tipi.. sambil senyum sendiri saya bergumam dalam hati "hey Indonesia, yang lagi lo tonton ini hasil editan gua!!!" hihihi, big head!! :)

pelan² saya mulai mengedit dan sampai sekarang alhamdulillah saya bisa ngerjain 5-7 materi per-hari.. lalu ke mana anak² baru tadi? mereka ngapain aja? mereka juga mengalami proses yang hampir sama dengan saya.. lama kelamaan mereka mulai dipercaya untuk mengedit... walau kadang hanya ngisi VO doang heheh...

Overall, saya bersyukur dikasih pengalaman yang sangat berharga di linear editing.. it's a priceless experience.. saya belajar sabar, teliti, kecepatan dan ketepatan... I wrote songs, I laugh, shed ocean of tears, angry, happy, all collides inside the news booth... ya, mesin² editing linear itu adalah satu²nya saksi dari sebagian kehidupan seorang Panji Rahadian di kantor...